Local Food #4

1.    Mie Titi
 

     Mie Titi sudah jadi hidangan kuliner khas Makassar. Tapi masakan mi kering dan dilengkapi kuah berbumbu kental ini, ternyata bukanlah nama sebuah mie. Titi sebenarnya adalah sapaan akrab mendiang Angko Tjao, ayah dari Freddy Koheng, pemilik usaha Mie Titi di Jl. Dr Wahidin Sudirohusodo (Jl. Irian), Makassar.  
 
     Titi pun bukan sebutan orang atau nama diri. Dalam bahasa Tionghoa, Titi berarti adik laki-laki. Seiring waktu, hingga 1990-an, mie titi akhirnya menjadi usaha keluarga. Bagi warga Tionghoa-Makassar di era 1950 an, khusunya di kawasan Pecinan, Angko Tjao adalah pedagang mie khas. Saat itu, warga sekitarnya menyebutnya mi dadar atau mi yang digoreng dengan sedikit minyak, lalu ditekan-tekan pada wajan hingga gepeng menyerupai telur dadar.

      Mie bakar atau goreng adalah masakan khas Tionghoa, yaitu Mie Kwantong. Sedang mi goreng sedikit basah adalah masakan khas Tionghoa, yaitu Mie Hokkian. Kalau pun kemudian, kini lebih dikenal dengan mie kering, itu karena mienya disajikan tidak dalam keadaan basah, seperti mie kuah atau mie bakso, melainkan dalam keadaan kering.
 
Bahan-bahan :

-     500 gr Mie basah/mie kuning tipis

-     1 ikat Sawi hijau

-     2 buah Dada ayam, potong kotak-kotak

-     5 buah Bakso kotak, potong kecil-kecil

-     2 butir Telur, kocok lepas

-     4 siung Bawang putih, haluskan

-     2 sdm Tepung maizena, dilarutkan dengan sedikit air

-     1 liter Air

-     Garam secukupnya

-     Gula pasir secukupnya

-     Merica bubuk secukupnya

-     Minyak untuk menggoreng

Cara Membuat :

1.     Rendam mie dengan air hangat selama 3 menit. Kemudian goreng mie sampai kering

2.     Sambil menggoreng mie. Rebus dada ayam sampai masak dan simpan air rebusannya

3.     Kemudian rebus bakso hingga matang, sisihkan

4.     Tumis bawang putih sampai harum, kemudian masukkan air rebusan ayam, lalu masukkan bakso, ayam dan sawi hijau

5.     Tambahkan garam, gula dan merica. Koreksi rasa dan masak sebentar

6.    Tuangkan larutan maizena, masak hingga kuah agak kental, lalu masukkan telur sambil terus diaduk searah jarum jam. Masak hingga kuah kental

7.     Tata mie kering diatas piring, kemudian tuangkan kuah diatasnya. Sajikan

2.     Kue Buroncong 
 
 
       Kue buroncong khas makassar adalah salah satu kue yang hingga kini masih diminati, bentuknya mirip dengan pukis yang berbentuk setengah lingkaran. Kue ini terbuat dari tepung terigu yang dicampur dengan parutan kelapa muda, soda kue, gula dan juga santan. Cara membuat kue buroncong ini adalah dengan memanggangnya dalam cetakan di atas bara api yang berasal dari kayu bakar.

      Konon kue ini sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu, bahkan mungkin ratusan tahun lalu oleh masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya. Memang belum ada sumber atau data yang tahu betul kapan asal mula pastinya kue tradisional ini ditemukan. Kue ini punya beberapa nama lain seperti baroncong atau guroncong. Nama-nama tersebut adalah penyebutan orang Bugis untuk kue tersebut. Kue buroncong dulunya dijajakan secara berkeliling menggunakan gerobak dorong atau pikulan. Penjual kue buroncong akan berkeliling pada pagi hari dan siang hari untuk mencari pembeli. Tapi sekarang sudah banyak penjual yang membuka dagangannya di rumah.

Bahan-bahan :

-     250 gr Tepung terigu

-     250 gr Kelapa muda, parut

-     100 gr Gula pasir

-     1 butir Kuning telur

-     500 ml Air

-     Garam secukupnya

Cara Membuat :

1.  Campurkan terigu, kuning telur dan air sedikit demi sedikit, aduk (boleh menggunakan mixer) hingga berbentuk adonan kental

2.  Masukkan gula dan garam, aduk rata. Tambahkan kelapa parut, aduk rata kembali. Adonan dapat ditambahkan sedikit air bila terasa sangat kental, namun jangan sampai terlalu encer

3.  Panaskan cetakan. Tuang adonan ke dalam cetakan, lalu tutup. Biarkan hingga matang dan agak mengembang. Angkat

4.   Taburi dengan gula pasir secukupnya dan sajikan selagi hangat







Komentar

Postingan Populer